Assalamualaikum wr wb. Asal mula segala yang ada ini adalah DZAT ALLAH SWT. Allah SWT disebut dengan banyak sebutan. Sesuai dengan siapa yang menyebutnya, bangsa apa dia, apa agamanya, bahasa dan suku apa yang digunakannya. Bagi kita yang beragama Islam, tentu menyebut Yang Maha Satu itu dengan sebutan Allah SWT.
Semua yang ada ini menuju ke satu titik fokus yaitu YANG MAHA ADA. Keberadaan-NYA, mutlak dan semua yang ada bergantung pada-NYA. Adanya hal yang lain selain diri-NYA itu sesungguhnya adalah pinjaman dari ada-NYA.
Allah SWT menciptakan makhluk-makhluk pertama di muka bumi ini sesuai dengan kehendak-NYA. Ada alam semesta yang terdiri dari panet, bintang, galaksi pertama, ada manusia pertama, ada jin pertama, ada binatang pertama, dan seterusnya. Teori big bang mengatakan semua yang ada ini diciptakan dari satu titik kecil yang kemudian meledak menjadi pergelaran alam semesta yang begitu menakjubkan. Kok bisa?
Dasar dari keberadaan sesuatu yang terlihat nyata adalah yang tidak terlihat mata. Sebutir atom tidak akan bisa dilihat dengan mata telanjang padahal butiran atom yang berkumpul kemudian menjadi benda baik padat, cair maupun gas yang bisa terlihat dan bisa dipegang. Begitu seterusnya sehingga kita kemudian paham bahwa yang gaib itu sesungguhnya yang sejatinya ada bahkan menjadi dasar bagi adanya yang nyata.
Maka, kegaiban itu pun bertingkat. Hingga kita kemudian mengenal wacana tentang ruh yang menjadi dasar semua yang nyata. Apa sesungguhnya ruh itu? Perlu digarisbawahi bahwa ruh itu bukanlah akal pikiran. Ruh lepas dari dimensi jasad manusia namun menjadi sumber kekuatan dan energi dari manusia.
Dari mana asalnya ruh? Asal dari ruh yaitu dari-NYA. Bahkan ruh adalah sebagian dari DZAT Allah SWT. Maka jangan meremehkan manusia karena di dalam ruh manusia terkandung Dzat dan sifat-sifat Allah SWT.
“Maka apabila Aku sempurnakan dia dan AKU TIUPKAN PADANYA RUH DARI KU, hendaklah kamu tunduk sujud akan dia” (AL-HIJR: 29)
“Lalu Ia sempurnakan kejadiannya, Ia tiupkan pada sebagian dari Ruh-Nya dan Ia jadikan bagi kamu pendengaran dan penglihatan dan hati tetapi sedikit sekali kamu bersyukur.”
(AS-SAJ’DAH: 9)
Ruh adalah zat yang bercahaya atas jasmaniah manusia dan dia bagian dari cahaya Tuhan dan dia jati diri atas diri manusia, energinya tidak terbatasi oleh dimensi ruang, gerak dan waktu. Di dalam ruh manusia, terdapat program dahsyat yang berupa pengetahuan yang ada di seluruh alam semesta ini. Pantas bila kemudian manusia diberi mandat karena manusia adalah wakil-NYA.
“Dan (ingatlah) tatkala Tuhanmu berkata kepada malaikat:“Sesungguhnya Aku hendak menjadikan khalifah di bumi….”
“Dan Ia telah mengajarkan kepada Adam (Ruh) keterangan-keterangan (pengetahuan) itu semuanya…”
AL-BAQARAH 30 dan 31
Barang siapa yang telah mengenal rahasia Ruh ia telah mengenal dirinya dan ketika ia telah mengenal dirinya, maka ia mengenal Tuhannya dan apabila ia telah mengenal dirinya dan Tuhannya, niscaya ia mengenal bahwa itu urusan Tuhannya (Amrun Robbaani)
dengan tabiat dan fitrahnya.
“Dan mereka akan bertanya kepadamu tentang Ruh, Katakan “Ruh itu urusan Tuhanku; dan kamu tidak diberi ilmu melainkan sedikit”
BANI-ISRAIL: 85
Ayat ini demikian khusus bahwa Ruh itu sesuatu zat yang sangat istimewa, manusia yang telah mengenal dirinya artinya mengenal tabiat dan fitrahnya Ruh. Saya tidak memiliki kemampuan untuk menerangkan (menjelaskan) akan substansi Ruh disebabkan karena tidak ada jembatan ilustrasi (kias) didunia ini untuk dapat dijadikan contoh atas tabiat dan fitrahnya Ruh. Hanya dijelaskan bahwa kandungan Ruh adalah Energi Tuhan.
“MAKA APABILA AKU SEMPURNAKAN DIA DAN AKU TIUPKAN PADANYA RUH DARI KU, HENDAKLAH KAMU TUNDUK SUJUD AKAN DIA” “Maka bersujudlah malaikat semua, sama sekali.
AL-HIJR, 29 dan 30
Demikian tingginya kedudukan Ruh atas makhluk-makhluk yang lain sampai-sampai malaikat sujud (menghormati) terhadapnya. Demikian berharganya manusia bagi yang sudah memahami akan jati dirinya.
Untuk mengenal lebih jauh dan lebih dalam akan potensi Ruh sebagai khalifah dibumi, yang mengawali proses perjalanannya terperangkap di dalam dimensi jasmaniah dan bathiniah, maka kita perlu belajar sifat dua puluh untuk memudahkan pemahaman dalam membuka tabir untuk melahirkan kesadaran akan makna-makna yang terkandung didalamnya.
Ruh manusia dibandingkan dengan Ruh Allah seperti halnya matahari dan alam semesta yang demikian luas (tata surya) atau molekul terhadap terhadap galaksi Bimasakti, meskipun demikian hanya sebesar molekul, baik Dzat, Sifat dan Asma (nama) pasti sama dengan sumbernya. Dapat disimpulkan bahwa sifat dua puluh adalah potensi Ruh yang sebenarnya.
Manusia yang bersungguh-sungguh, bekerja keras mencari cahaya Tuhannya dengan ibadah yang terus menerus insyaallah bisa memahami akan hidupnya, apa yang menjadi visi dalam kehidupannya didunia yang menjadikan ia bekerja hanya untuk Tuhannya, lahirnya Ruh (Cahaya) atas jasmaniah dan bathiniah.
Ruh adalah cahaya dimana kecepatannya, dalam berkomunikasi demikian luar biasa bila kita bandingkan dengan kecepatan suara, dikatakan dalam ayat:
“Naik malaikat dan Ruh Ruh kepadaNya didalam sehari qadarnya lima puluh ribu tahun”
Al Haq’qaq 4
Artinya bahwa perbandingannya adalah satu hari berbanding delapan belas juta hari, artinya satu jam berbanding 18.000.000 jam. Teknologi manusia dengan kecanggihannya, untuk ukuran kecepatan baru sampai pada kecepatan suara. Demikian yang terjadi pada mi’rajnya Nabi Muhammad SAW dari dimensi matrialistik menuju dimensi dzat Allah.
Di dalam beberapa ayat menjelaskan komunikasi antara Nabi dengan Allah antara lain :
“Dan kami telah utus beberapa rasul yang telah Kami ceritakan (hal hal) mereka kepadamu lebih dahulu dan beberapa rasul yang tidak kami ceritakan kepadamu dan Allah telah omong (berbicara) kepada Musa pembicaraan yang terang”
An Nisa’ 164
Komunikasi yang terjadi antara Allah dengan Nabi Musa pada dimensi yang tidak terjamah oleh otak manusia, artinya tata nilai ilmiah tidak dapat untuk menjangkaunya. Kalau Nabi dan Rasul Rasul dapat berkomunikasi dengan Tuhan, bagaimana dengan manusia biasa? Bila kita amati secara teliti, dengan kejernihan hati dan fikiran,
ada beberapa ayat di dalam Al Qur’an yang mengkiaskan akan pertanyaan di atas.
“ Katakanlah: Tidak lain aku ini, melainkan manusia seperti kamu, diwahyukan kepadaku, bahwa tidak ada Tuhan kamu, melainkan Tuhan yang satu, maka barang siapa percaya akan pertemuan dengan Tuhannya, hendaklah ia mengerjakan amal shalih dan jangan engkau sekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya”
AL- KAHF 110
Dalam ayat ini kalimat yang terlahir adalah perkataan Nabi/Rasul, bahwa nabi menyatakan dirinya adalah manusia seperti manusia lainnya, di dalam prosesnya, sebelum dinyatakan sebagai nabi/rasul, beliau memasuki proses evolusi dimana tujuan di dalam hidupnya adalah mencari Tuhan yang satu, yang akhir dari proses tersebut bertemunya beliau dengan Allah yaitu Tuhan yang menjadi tujuannya dan ini diabadikan dalam peristiwa Isra’ Mi’raj, di dalam pertemuan inilah terjadi komunikasi dengan Allah.
Demikian lebih dan kurangnya kajian sifat dua puluh dalam rangka mengerti dan memahami siapa sebenarnya makhluk yang berinisial manusia.
APA DAN SIAPA JIN ITU?
Silahkan disimak proses penciptaan jin dibawah ini sebagai komparasi bahwa jin diciptakan dari inti api/api yang beracun.
“Dan jin itu, Kami jadikan dia lebih dahulu, dari api yang beracun” AL-HIJR 27
Al-Hijr 27 dikatakan bahwa JIN ITU DIJADIKAN,
SEMENTARA RUH MANUSIA DITIUPKAN sebagaimana tersebut di QS AL-HIJR: 29,
Maka jin itu dicipta oleh Allah SWT.
Sementara, RUH ITU BUKAN CIPTAAN TAPI BAGIAN DARI DZAT ALLAH SWT. Itu sebabnya Ruh itu kekal sebagaimana kekekalan Dzat-NYA sementara Jin itu bersifat tidak kekal dan terpisah dengan ALLAH SWT.
Asal muasal nama-nama leluhur bangsa Jin dan Setan di dunia beserta keturunannya tidak banyak dikupas di majelis-majelis pengajian. Banyak yang menganggap mengupas Jin sama dengan mengupas hal-hal yang tidak banyak membawa manfaat. Namun kami punya pemikiran lain. Bahwa dengan mengetahui lebih banyak tentang Jin maka kita bisa lebih berhati-hati. Jangan sampai kita yang suka mewiridkan sesuatu padahal yang diwirid tersebut adalah nama-nama leluhur Jin.
NIAT atau TUJUAN tidak serta merta menghalalkan CARA.
Niatnya barangkali bagus yaitu wirid untuk mendekatkan diri pada Allah SWT, maka caranya juga perlu menggunakan cara yang benar. Jangan sampai tujuan kita mulia itu namun justeru tercederai gara-gara justeru mewiridkan nama-nama Jin.
Mengupas asal mula manusia pertama, termasuk asal mula bangsa Jin yang usianya jauh lebih tua dari manusia yang ada belakangan. Entah berapa ribu tahun jin diciptakan lebih dulu dari manusia, namun yang jelas Iblis yang menggoda Adam hingga harus meninggalkan surga.
Kita tahu, awalnya Jin ini dulu menghuni Surga. Namun mereka beserta anak turunnya juga akhirnya harus menginjakkan kaki ke bumi mengiringi langkah anak cucu adam. Mereka sebagaimana dengan manusia sesungguhnya juga bertujuan yang sama dengan manusia, yaitu untuk BERIBADAH KEPADA ALLAH SWT.
“Tidak kuciptakan JIN dan MANUSIA kecuali untuk BERIBADAH KEPADA-KU”
Iblis dikutuk Allah SWT. Namun Ia diberi kepercayaan berupa penangguhan usia yang tidak akan meninggal hingga kiamat tiba untuk menggoda manusia agar mengikuti jalannya. Sementara milyaran manusia di bumi ini akan mati dan berganti dengan kelahiran manusia-manusia baru. Iblis beserta pasukannya tiada pernah berhenti untuk menggoda, membujuk, merayu, memberi iming-iming kemuliaan dan kebahagiaan kepada manusia. Manusia dengan mudah terlena oleh kecerdasan Iblis ini, kecuali orang-orang yang IKHLAS.
Dulu sebelum bertemu Adam, Iblis dan pendahulunya adalah makhluk yang sangat amat dekat dengan Allah SWT. Di kitab-kitab disebut, Iblis ini sesungguhnya adalah Malaikat yang paling taat, bersujud dan bermakrifat kepada-NYA. Namun sayang, sebuah perintah bersujud kepada Adam tidak ditaatinya. Sebab Iblis mengganggap Manusia Adam terbuat dari tanah, sementara Iblis berasal dari api yang lebih hebat dari tanah. Saat itu Iblis lupa, bahwa adam tidak hanya terbuat dari tanah saja, namun tanah itu adalah tanah yang ditinggikan (SITI HINGGIL) yang sudah diberi tiupan Ruh dari Dzat-NYA.
Ada 149 nama nenek moyang leluhur bangsa makhluk halus, membagi menjadi dua jenis makhluk yaitu Jin dan Setan yang kemudian berkembang menjadi milyaran makhluk halus di dunia sekarang ini. Kenapa ada kategori Setan? setan ini sebenarnya juga Jin namun memiliki watak dan karakteristik yang lain sehingga kemudian antara Jin dan Setan dipisahkan. Padahal, antara Jin dan Setan memiliki leluhur yang sama yaitu Marijan dan Marijah.
Kedua jenis makhluk halus ini kemudian memiliki anak cucunya masing-masing. Namun pada keturunan Nenek Moyang ke-65 yaitu Jin bernama Raja Sarabad/Saraban dengan Setan yang bernama Prabu Tamimasar terjadi pernikahan dan kemudian melahirkan 28 keturunan yang menjadi penguasa jagad makhluk halus di muka bumi hingga detik ini.
JIN
1. Marijan dan Marijah
2. Maeijo
3. Jan
4. Banujan ( penguasa Indonesia era nabi Semar/ era Purwakala )
5. Ijajil
6. Karis nama asli Iblis
7. Ajalijin
8. Handajali
9. Ijajil
10. Yalabur
11. Pasin
12. Akwari
13. Nulestri
14. Marah
15. Sahet
16. Dasim
17. Welahan
18. Jalabur
19. Dajal
20. Dajil
21. Senut
22. Nun
23. Dulilsutanira
24. Dubil
25. Ditblas
26. Lallal
27. Lalim
28. Jalarat
29. Buldet
30. Sarhas
31. Mihsat
32. Hamarah
33. Hawiyan
34. Langin
35. Biktab
36. Distar
37. Balal
38. Hambal
39. Kibrat
40. Ifrid
41. Ifrus
42. Karisiyan
43. Swino
44. Dipil
45. Milasar
46. Asijasin
47. Karis sarah
48. Karis sarah
49. Astarus
50. Buldyat
51. Dulya larat
52. Duwanar
53. Buwanarjas
54. Salahat
55. Bangan
56. Bangal
57. Yayal
58. Jahil
59. Sarbun
60. Sarbudanar
61. Mungajal
62. Maksum
63. Malrat
64. Mallarabad
65. Raja Sarabad/saraban
SETAN
1. Marijan dan Marijah
2. Ijajil
3. Handajali
4. Ajali
5. Ajali
6. Aljus
7. Ajrak
8. Ajurak
9. Damras
10. Haswat
11. Amman
12. Maheran (masuk islam ikut Nabi Nuh)
13. Sabah
14. Sahlil
15. Sajab
16. Katlabat
17. Ngatis
18. Kadngan
19. Latbiyan
20. Sarsar
21. Aswas
22. Dadjah
23. Hajali (lahir sehari setelah lahir Nabi Yusub)
24. Gajali (islam)
25. Alidat
26. Janabar (kalah perang dgn Ifrid)
27. Salmun
28. Salmusil
29. Aswasil
30. Karmus
31. Salmunasar
32. Sarngam
33. Jabarjus masuk Islam ikut Nabi Sulaeman dgn syariat nabi Musa).
34. Asngasar
35. Bastam
36. Kasras
37. Inrus
38. Kanam (kalah perang dengan ratu setan lain bernama Bangaljetul nama lainnya Bal)
39. Sarkasi
40. Girkasi
41. Kabiras ( anak turun-nya berbaur dgn anak turun Banujan di Indonesia pada Era WaliSongo )
42. Giraji
43. Damriyat (masuk Islam syariat Nabi Isa)
44. Memum
45. Mursad
46. Sangkan
47. Marikan.
48. Karissatir
49. Kalbal
50. Kaskanijan.
51. Aswasil
52. Sanasil
53. Kalbat
54. Dawisatir
55. Tiyruyasar.
56. Prabu Tamimasar
Anak turun Prabu Tamimasar dan Raja Sarabad ada 28 keturunan raja Jin yang memiliki kerajaan berbagai binatang, benda-benda, wilayah-wilayah di muka bumi. Para Raja ini memiliki guru yang sama yaitu Prabu Winus/ Shri Handakara. Adapun 28 keturunan itu adalah:
1. Prabu Paliya
2. Prabu Jampina
3. Patih Parwata
4. Jahwi
5. Jaminah
6. Raja Parangin
7. Min (Raja Burung)
8. Kup
9. Dahri (Raja Kepiting),
10. Maranis (Raja Raksasa)
11. Wakitu
12. Sang Balidhuh/ Baljwak.
13. Balituk/Waraka
14. Malituk
15. Prabu Amunkeling/Am.
16. Prabu Nuradi
17. Wellahan
18. Patih Hamir
19. Kaliku (Raja Kucing)
20. Kalilat (Raja Singa)
21. Wenu
22. Limpak (Raja Gajah)
23. Lapuk
24. Suhas (Raja Hantu Lautan)
25. Buraham
26. Palapat (Raja Anjing)
27. Malak (Raja Tikus)
28. Allapid
Demikian sekilas yang bisa saya sampaikan. Mohon maaf bila ada kekurangan dan kesalahan. Itu semata-mata karena kebodohan saya sebagai manusia biasa dalam menafsirkan ayat-ayat-NYA dan sumber-sumber yang ada. Pasti kita perlu kembalikan kebenaran yang sejati hanya pada Allah SWT, Tuhan Yang Maha Tahu.
Semoga kita senantiasa bersemangat untuk terus menuntut ilmu dan mendapatkan hikmah dari semua yang kita ketahui. Sedemikian hingga akhirnya kita menjadi pengikut ajaran Rasulullah SAW:
“Sesungguhnya telah ada pada Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagimu bagi orang-orang yang mengharap Allah dan hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” AL-AHZAB 21.
Salam Sejahtera lahir & Batin / Waalaikum salaam wr wb